Hujan cuma tidak turun beberapa hari tetapi sumber mata air sudah mulai kering. Itu artinya kami harus memompa untuk mendapatkan air bersih.
Seringkali kejadian seperti ini jadi konflik di keluarga kecil kami. Akang yang lelah dengan rutinitas dan Saya yang mengeluh dengan rutinitas yang tidak kunjung berhenti. Ditambah lagi tidak ada air, saya harus menambah list pekerjaan untuk memompa air, menunggu Akang datang dan berharap beliau dengan mengambilkan air untuk keperluan rumah. Komunikasi produktif memang benar-benar harus diterapkan dalam kasus ini.
Memilih untuk mengkomunikasikan semuanya menunggu waktu ya tepat. Menunggu Akang sudah lepas lelah dan membiarkan Akang dengan sukarela mengambilkan air.
Dan tanpa ada nada bicara yang tinggi Akang dengan sukarela mengambilkan air. ketika saya memilih solusi untuk membawa cucian ke konveksi. Sambil perjalanan menuju ke konveksi, akang bernyanyi bebas, saya menanyakan kenapa beliau suka jadi marah-marah kalau mengambil air sambil dengan nada nyanyi-nyanyi tidak jelas. Beliau bilang kalau tidak suka dengan rutinitas memompa air.
*done selesai komunikasinya, seterusnya untuk urusan ini saya tidak akan meminta akang membawa air. Biarkan Akang ambil sendiri dengan suka hati.
Applikasi Whatsapp juga membantu kami untuk berkomunikasi. Walaupun Saya dan Idlan ikut ke konveksi mengawasi asisten menyelesaikan pekerjaan. Dan Akang pergi untuk bimbingan tugas akhirnya.
*Akang adalah mahasiswa abadi di salah satu akademi di salah satu akademi tekstil di bandung. Saya memotivasi untuk akang menyelesaikan kuliahnya.
karena setiap Ibu Punya cerita.
:: Bandung, 26 Januari 2017::
Game Level 1
Kelas: Bunda Sayang
Materi: Komunikasi Produktif
Durasi: 24 Januari – 11 Februari 2017
#hari3
#Tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbunsayIIP
itu embel-embel mahasiswa abadi nya ada yang lebih bagus gak padanan katanya ya?
BalasHapusApa ya padanannya?
HapusMahasiswa-lama-yang-tugas akhirnya belum beres? :D