Pages

Ngobrol Asyik Tentang Legalitas Homeschooling bersama Sabumi

Homeschooling di keluarga kami muncul dari Akang ketika kami sedang ngobrol-ngobrol santai. Kalau Akang mungkin santai ga terlalu riweuh, Saya selaku manager operasional proaktif untuk mencari informasi. 

Iya sih idlan baru 31bulan, masih pendidikan usia dini yang masih bisa di handle oleh Ambu-nya. Masih belum perlu legalitas ijazah untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya (SD). Nah kalau ternyata (nanti) idlan memilih untuk homeschooling bagaimana proses jenjang pendidikan idlan selanjutnya dan masa depan idlan (tentunya).

Rasanya memahami legalitas dari homeschooling ini, buat Ambu wajib banget melengkapi informasi tentang Homeschooling yang Ambu miliki yang masih berupa "puzzle-puzzle" .

Pas ada Acara ngobrol santai bareng Sabumi tentang legalitas homeschooling. Waktunya Ambu belajar, nitip Idlan sama Akang. Sekalian Ambu "me time" jalan sendiri ditempat yang Ambu tidak kenal siapa-siapa, hehehe.

Eh, iya untuk peserta yang membawa anak (juga) ada tempat penitipan anak. Seru deh, ada kegiatan story telling menggunakan boneka dan ada juga crafting, membuat semacam alat peraga tentang pengenalan rukun iman.

Ngobrol Asyik (ngobras) Bareng Sabumi
Sabumi adalah wadah silaturahim, berbagi ilmu dan semangat dalam menjalankan pendidikan berbasis keluarga (homeschooling) yang sesuai dengan tuntunan Quran dan Sunnah. Sabumi berbasis di kota Bandung dan merupakan bagian dari komunitas HSMN (Homeschooling Muslim Nusantara), di bawah naungan YGJ (Yayasan Generasi Juara) 
*sumber : www.sabumi.wordpress.com

Pengisi untuk acara ini:
1. Ibu Ida Nur'aini*
Founder HSMN, Pembina YGJ, Praktisi Homeschooling
2. Ibu Dra. Eem Sukaemah, M.Pd
Dinas Pendidikan Kota Bandung

Acara diadakan pada tanggal 3 September bertempat di aula Mesjid Istiqomah dari pukul 13.00-17.00wib.

Legalitas Homeschooling/ Sekolah Rumah
Pada hakikatnya homeschooling ini dilakukan untuk anak-anak yang sudah berusia untuk sekolah. Untuk memulai sesuai poin yang harus kita cari tahu adalah legalitas yang anak kita miliki apabila menjalani proses homeschooling.
Homeschooling ini anti main stream/ tidak biasa akan tetapi ketika kita memutuskan mengambil legalitas sebagai warga negara yang baik harus mengikuti aturan pemerintah. Untuk yang tidak memiliki kebutuhan akan ijazah, proses legalitas ini bisa di hilangkan dan lebih fokus untuk fokus pada poin-poin penting yang sesuai dengan visi misi keluarga.

#Sesi pertama ngobras: Mengenai dasar hukum sekolah rumah/homeschooling
Menurut Ibu Eem, Bandung menaungi sekitar 6 pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) dan ada sekitar 600 pelaku homeschooling di kota Bandung. Untuk Kota Bandung sendiri secara resmi belum menunjuk secara resmi untuk Sekolah Payung bagi home scholer. 



Dalam Perda pendidikan kota bandung no. 15 tahun 2008 pasal 27 Ayat 1, 2, 3 mengenai tata laksana sekolah rumah (silahkan googling isi peraturannya). Dan ujian persamaan merupakan solusi apabila peserta homeschooling ingin mendapatkan legalitas pendidikan berupa ijazah.

Homeschooling itu terdiri dari:
1. Homeschooling tunggal
2. Homeschooling majemuk
3. Homeschooling komunitas.

Untuk mengikuti ujian persamaan, diharapkan pelaku homeschooling tunggal menginduk kepada homeschooling komunitas dalam hal ini PKBM. Untuk kemudian dinas pendidikan kota mampu melakukan pengawasan dan pendataan melalui PKBM tersebut.

Ditambahkan oleh Ibu Ida Nur'aini founder HSMN, Persyaratan mengikuti ujian persamaan:
1. Untuk ujian persamaan setingkat SD Anak berumur 10tahun lebih 6bulan, untuk tingkat sekolah dasar dan selanjutnya berjarak 2tahun dari ujian terakhir.
2. Menyertakan raport 5 semester terakhir.
3. Mendaftar melalui PKBM yang resmi, kenapa resmi? Iya kalau gak resmi bagaimana kita bisa memperoleh legalitas untuk pendidikan putera puteri kita.

Kapan waktu pendaftaran ujian persamaan?
Biasanya peserta ujian persamaan didaftarkan 1tahum sebelum ujian persamaan berlangsung. Pendaftaran tersebut berlangsung pada sekitar bulanAgustus -oktober, lebih baik sih kalau fix mengikuti ujian persamaan bulan Agustus sudah siap mendaftar. Misal: akan mengikuti ujian di tahun 2017 maka harus sudah mendaftar maksimal september tahun 2016. 

Silahkan dihubungi PKBM-nya untuk info pendaftaran lebih lengkap. Dan untuk informasi lebih lanjut terkait pendidikan boleh langsung menghubungi Ibu Dra. Eem sukaemah M.Pd, di dinas pendidikan kota Bandung. 

#Sesi Ke 2 ngobras: teknis homeschooling
Menurut saya sih ini bagian yang menarik, buat saya yang baru berencana untuk homeschooling, proses keseharian pelaku homeschooling perlu banget di "intip". Bunda Ida Nur'aini mengupas tuntas mengenai perjalanan beliau selaku ibu dari 3 anak yang homeschooling.

Beliau memulai kegiatan homeschooling karena puteranya mengalami kasus bullying. Menurut beliau, sebelum melaksanakan Homeschooling ada baiknya kita meluruskan niat mengapa kita melakukan homeschooling. Bukan karena ingin "melarikan diri" dari proses bullying atau ingin anak bisa dengan cepat menempuh fase perkuliahan. luruskan niat dan tetapkan yang menjadi tujuan homeschooling tersebut.


Pada pelaksanaannya, pelaku homeschooling juga rentan terhadap bullying, dari keluarga atau masyarakat sekitar. Dan pornografi pun bisa terpapar pada anak homeschooling ketika melakukan proses belajar mandiri dan surfing di dunia maya. 

*note saya: Meminta pertolongan pada Alloh, karena allohlah sebaik-sebaiknya pertolongan.

Bagaimana Kurikulum untuk Homeschooling?
Rasanya kalau disuruh memindahkan seluruh pelajaran sekolah  ke rumah seperti di sekolah, aku tak sangguuupp~~ tetiba Ambu nyanyi deh hehehe.

Ini yang membedakan homeschooling dengan sekolah formal, pada akhirnya setiap anak memiliki kurikulum masing-masing. Artinya kurikulum disesuaikan dengan visi dan misi keluarga serta minat dan bakat anak. Mengasah keterampilan yang anak sukai, sehingga anak bisa nyaman dan terampil untuk bidang yang ditekuni. Mengatur Kurikulum juga pada akhirnya akan diketahui sejauh mana legalitas atau ijazah dibutuhkan.

Apabila anak menginginkan menjadi praktisi, pemilik usaha mungkin tidak membutuhkan legalitas berupa ijazah atau mungkin untuk keahlian khusus cukup dengan sertifikasi bidang yang ditekuni anak. Akan tetapi lain hal ketika anak menginginkan hal-hal yang berbau akademis seperti menjadi dokter, ijazah diperlukan untuk menunjang kebutuhan ini.

Kurikulum di rumah Ibu Ida Nur'Aini:
1. Anak meneladani perilaku orangtuanya
Anak akan meneladani sikap dan perilaku orangtuanya.
2. Kecakapan hidup
Melakukan pekerjaan rumah. Selain membentuk pola berbakti pada orangtua hal ini juga diharapkan bisa mengasah kemandirian dan kecakapan hidupnya untuk mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
3. Mengerjakan tugas pribadi
Khas pembelajaran yang menjadi passion anak yang terlihat sejak 7-8tahun, dijadwalkan setiap hari. Misal: untuk kasus putera pertama Ibu Ida menyukai design, maka anak mengerjakan tugas-tugas yang terkait kegiatan design-nya.

Mungkin akan lebih terarah ketika anak sudah fokus dengan minat dan bakatnya,
Bagaimana dengan Keluarga yang baru mulai Homeschooling?
1. Dimulai dengan memahami cara belajar anak
Pahami gaya belajar anak, bagaimana cara mengidentifikasi orang tua secara umum memiliki kepekaan terhadap kemampuan anaknya. Analisis bagaimana cara anak menuangkan idenya baik berupa tulisan, menggambar atau berbicara langsung.
Note: *tugas Saya sama Akang
2. Explorasi kesukaan anak
Penuhi rasa ingin tahu anak. Dengan banyak tau dan banyak bertanya, orangtua akan lebih mudah mengetahui apa yang menjadi kesukaan anak. 
Cara setiap keluarga unik, penuhi 5H1W. What, who, where, when, why, How: Apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana. 
3. Berikan pemahaman anak untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk belajar lewat membaca 
4. Komitmen untuk orangtua
Untuk orangtua pelaku homeschooling, harus mau direpotkan dan untuk inisiatif untuk mencari tau, pada awalnya mendampingi anak dan pada akhirnya mempercayakan kemampuan anak. Yang pada akhirnya orangtua pun harus besar hati apabila anak tidak menginginkan legalitas berupa ijazah.

Bagaimana Budgeting Homeschooling?
Homeschooling sama halnya dengan sekolah formal pun membutuhkan biaya. Akan tetapi pada homeschooling kisaran biayanya disesuaikan dengan keuangan dan kebutuhan anak.

Biaya pada homeschooling pada saat membeli buku-buku penunjang minat dan bakat anak serta informasi lainnya yang dibutuhkan, biaya kursus/club yang diikuti anak sesuai minat dan bakatnya, biaya sertifikasi apabila anak menekuni satu bidang khusus, dan biaya legalitas pendidikan (apabila membutuhkan legalitas berupa ijazah).

Resiko homeschooling:
1. Bullying dari keluarga dan orang sekitar, karena pilihan ini anti mainstream, artinya berdiskusi dengan anak dan (saling) menguatkan pondasi mengenai pilihan tersebut
2. Kemungkinan terpapar pornografi
Dalam kegiatan belajar mandiri, ketika anak berselancar di dunia maya, kemungkinan ini bisa saja terjadi. Pendampingan dari orangtua untuk terua melakukan komunikasi produktif dan membina "ikatan" dengan anak.
3. Pendampingan dari orangtua
Sebagai orangtua terus melakukan pendampingan kepada anak salah satunya mengantisipasi terjadinya hal seperti pornografi. Pendampingan orangtua juga diperlakukan sebagai fasilitator. Bersama anak proaktif menggali potensi dan kebutuhan anak.
4. Mati Gaya!
Nah kalau, orangtuanya sudah mati gaya begini kalau Ambu pribadi pasti bingung mau ngapain. Solusidari Bunda Ida Kalau hal ini terjadi, ada baiknya berdiskusi dengan anak. Dan Membaca dan menceritakan/ menuliskan kembali apa yang dibaca bisa jadi solusi yang jitu kalau fase mati gaya ini datang.

#sesi tanya Jawab:
Saya tidak mencatat dan merangkum semua pertanyaan dari peserta pada sesi tanya jawab di sesi kedua, tapi pertanyaan terakhir ini emang kece maksimal, dan (juga) sebetulnya menjadi pertanyaan saya:
Bagaimana menyikapi kesan kalau Anak homeschooling menjauhi ketidaknyamanan sedangkan kehidupan yang sebenarnya penuh denga tekanan?
(Jawab) 
Anak HS berusaha dan berupaya untuk melakukan apa yang dia suka betul, akan tetapi tidak mudah untuk menjadi pembelajar mandiri, bagaimana bisa konsisten untuk bisa mengasah keterampilan.
Dan orangtua tetap harus menerapkan quality control untuk tugas-tugas rumah, memberikan pemahaman untuk kehidupan yang penuh dengan stress.
Bagaimana dengan portopolio untuk anak homeschooling:
(Jawab)
Portofolio pada umumnya tidak terlalu dibutuhkan, akan tetapi untuk di luarnegeri portopolio bisa menjadi pelengkap anak.
Jadi untuk portopolio sendiri:
1. Tujuan untuk apa disesuaikan dengan apa yang menjadi kebutuha Anak.
2. Didukung oleh ujian sertifikasi.

Untuk anak usia dini portopolio berupa dokumentasi Lebih untuk memyimpan kenangan bilamana anak sudah dewasa.

Bagaimana homeschooling Untuk Anak Berkebutuhan Khusus?
(Jawab)
Untuk anak berkebutuhan khusus, sebaiknya pada melatih kemandirian dan kecakapan hidup. yang pada akhirnya ABK mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa ketergantungan dengan oranglain.

Tentang Sabumi
Kedepan Sabumi (Insyaalloh) bisa mengadakan ujian persamaan, InsyaAlloh (rencananya) pada 2018. Akan dirancang untuk kurikulumnya. Disarankan untuk yang tertarik anak-anak usia sekolah pada umumnya, untuk setingkat Sekolah Dasar terutama kelas 4,5, dan 6. 
silahkan menghubungi Sabumi
Fanpage: Sabumi
Website: Sabumi

Kesimpulan Homeschooling versi Ambu
Untuk anak usia dini seperti idlan (31 bulan) mah, Memunculkan dulu rasa ingin tahunya, mengembangkan rasa ingin tahunya, memunculkan kesukaannya memaca  dan bermain. Mengikuti keinginannya bermain sekaligus 'menyelipkan' belajar.

Homeschooling sendiri sebetulnya memberikan kepercayaan kepada anak untuk memenuhi rasa ingin tahu-nya. Mengenai bagaimana cara pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan cara nyaman masing-masing Individu dengan pendampingan Orangtua tentunya. Membentuk jadi pembelajar melakukan apa dan bagimana caranya  Apapun kebutuhan dan keinginan idlan (nanti), mau homeschooling atau sekolah Formal, termasuk (nanti) memilih untuk memiliki ijazah ataupun tidak. Semoga Alloh memberkahi dan memudahkan langkah Kami. Aamiin


CMIIW, ini cerita Ambu Karena setiap Ibu Punya Cerita.
:: 3 September 2016::

#AmbuBelajar
#LegalitasHomeschooling







*corner penitipan anak

*kurikulum Anak Usia Dini

*prinsip pelaku Homeschooling

*faktor kegagalan Homeschooling


*kurikulum yang perlu disiapkan


Mansu Kids

1 komentar:

  1. Pengen juga deh meng-homeschooling Alif..tapi..tapi... *tiiit ilang sinyal*

    BalasHapus