Pages

Belajar Menjadi Kreatif

Berbicara tentang kata Kreatif, Ah saya mah merasa seperti butiran debu. Treatment keluarga saya yang over protective suka ataupun tidak menjadikan saya "malas" berkreatifitas dan mencoba hal yang baru.

Prinsip "semua BOLEH kecuali yang TIDAK BOLEH " yang disampaikan Ibu septi di setiap kesempatan di Institut Ibu Profesional memang membuat saya harus mengubah sudut pandang saya. Ternyata prinsip yang dimaksudkan Bu Septi ini adalah untuk menstimulasi kreativitas anak.

(slide level 9 Bunda sayang IIP, 2017)

Kreatif menurut kamus besar bahasa Indonesia


Fitrah itu Ibarat benih tanaman, akan tumbuh subur pada ekosistem yang sesuai. Peran orangtualah yang menyemai benih itu pada tempat yang sesuai (Harry Santosa, Fitrah Based education).


Bagaimana caranya menumbuhkan (kembali) proses kreatif tersebut?

1. Menggeser/mengubah sudut pandang

Kenapa menumbuhkan kembali? Sejatinya anak-anak terlahir dengan fitrah. Sudah terinstal kreatif. Mungkin orangtuanya lah yang memicu kretivitas tersebut berhenti dengan aturan dan larangan.

Tugas Orangtualah yang mendampingi fitrah itu tumbuh berkembang sesuai dengan peran penciptaan sang anak. Jadi menjadi pekerjaan rumah untuk para Ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anak untuk memdampingi dan mengobservasi potensi anak-anak. Membiarkan mereka mengekplorasi dan berkreativitas. Disitulah proses alami belajar yang sesungguhnya terjadi.

Beruntung saya berjodoh dengan suami yang tingkat kreativitasnya diatas rata-ratanya saya. Masyaallah, Tabarakallah. Sedikit demi sedikit menggeser mindset saya untuk menjadi kreatif. Memberdayakan apa yang sudah ada dan tidak selalu membeli.

Saat menjadi Ibu, mulai merasa berbenturan dengan kreativitas Idlan kecil yang tumplek meniru Ayahnya *sambil salto ini mah ambunya. Pengen nangis ketika kamar sudah dirapikan kemudian idlan dan Ayah main perang-perangan 😕.

Tetapi ketika suatu hari Idlan bisa menganalisa kalau perosotan yang dia bikin dari tumpukan bantal itu tidak bisa ideal karena permukaannya tidak licin. Bukankan ini hadiah untuk kelelahan saya membereskan kamar berkali-kali? 😍 si kecil memahami untuk menganalisa masalahnya.

Atau ketika Idlan kecil "membantu" Ayahnya memeriksa mesin cuci yang rusak. Idlan menghabiskan sebotol cairan pembersih kabel alat elektronik, Suami selalu menekankan "harga barang ini tidak sebanding dengan kreativitas dan rasa ingin tahunya idlan, biarkanlah". Jleb.


2. Berpikir out the box

Kreatifitas menjadi salah satu keterampilan inti yang dibutuhkan untuk menghadapi dunia yang kini berubah lebih cepat.

Jadi ketika suatu hari anak-anak ingin mewarnai gunung dengan warna merah jangan cegah dan memaksa kalau warna gunung itu harus biru.

Bagaimana saya harus belajar berimajinasi ikut bermain dengan sarung dan membayangkan sedang berada di tengah lautan dengan ombak yang kencang dan banyak hiu 😂.

Biarkanlah anak menemukan proses kreatifnya sendiri. Bagaimana menemukan banyak hal tanpa ada batasan.

(slide level 9 Bunda sayang IIP, 2017)

3. Jangan tergesa melabeli Anak

Jangan tergesa melabeli anak, tugas orangtua hanya menemani, memberi ruang, dan waktu untuk mengeksplorasi mengenali potensi diri anak. Sabar dan berproses bersama. (sumber: workshop pandu 45, 2017).

(slide level 9 Bunda sayang IIP, 2017)

Bisa jadi anak kita saat ini terlihat berkemauan keras, dan kekeuh. Dan ternyata dua sifat ini memiliki potensi untuk menjadi seorang pemimpin di masa depan, insyaallah.

Biarkan anak-anak menyampaikan idenya secara tuntas. Tugas kita hanya  menemani kemudian mengklarifikasi ide-ide tersebut.

Maka bersabarlah dalam prosesnya *note to my self.

Dan proses kreativitas

Memberi ruang ekspresi dan eksplorasi seluas-luasnya. Supaya anak mempunyai kesempatan membuat banyak salah. Dengan begitu anak jadi belajar dan jadi banyak tau. (Dodik Mariyanto dalam Workshop Pandu 45)

Bagaimana secara sederhana proses kreatif itu tercipta dari keseharian kita dan dari sesuatu yang sederhana. Terus berkembang dan kemudian menjadikan suatu perubahan dan menjadikan kebermanfaatan untuk banyak orang.


(slide level 9 Bunda sayang IIP, 2017)

Materi kece di level 9 ini, betul-betul merecharge kembali energi belajar. Kedepan semoga saya bisa menuntaskan Setiap level di Bunda sayang dan menantikan kejutan-kejutan lagi di kelas ini.

Semoga Allah mampukan untuk berproses menjadi lebih baik lagi. Aamiin.

Referensi:
1. Workshop pandu 45
http://diaryambu.blogspot.co.id/2017/01/workshop-pandu-45-bersama-ibu-septi.html?m=1
2. Komunitas Ibu Profesional. Bunda Sayang: 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak, 2013.
3. Harry Santosa. Fitrah Based education volume 3, 2017.
4. Diskusi materi level 9 bunda Sayang batch 1 Bandung 2 bersama fasilitator.
5. https://kbbi.web.id/kreatif


Mansu Kids

Tidak ada komentar:

Posting Komentar