Pages

NHW #4 Matrikulasi Ibu Profesional: Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah

Sampai ke materi ke 4 mengenai mendidik dengan kekuatan fitrah, semakin terasa tantangan. Yeay! Tantangan terberat itu ya membaca tanda-tanda, apalagi yang terkait dengan diri sendiri.

Bismillah Saya mulai, mari melakukan evaluasi untuk setiap Nice homework. Pada dasarnya saya kesulitan untuk memecah peran saya sebagai seorang individu dan sebagai Istri serta Ibu.

Teringat kembali ketika Ayah Saya meninggal di 2011. Alasan terkuat saya ingin menikah dan mempunyai keturunan adalah agar ketika saya meninggal, ada yang bersedia mengurus jenazah saya kelak. Keinginan nanti ketika tua tetap bisa produktif dan ketika (kelak) menutup usia ada yang bisa memuliakan jenazah saya dan ada yang dikenang tentang Saya.

Alfatihah untuk Bapak, yang kebetulan 11 november adalah tanggal almarhum.


a. Nice Homework #1
Saya ingat kembali, dari remaja saya selalu tertarik dengan dunia menulis. Menulis apapun, harapannya kelak saya meninggalkan satu karya "sebagai tanda saya pernah ada".

Absolutely, Saya tidak ingin merubah jurusan ilmu yang sudah saya pilih tersebut, mendalami ilmu komunikasi terutama bidang menulis. Akan tetapi mengingat peran Saya sebagai seorang Ibu dengan 1 orang Batita dan istri, tentu saja fokus saya masih untuk membersamai tumbuh kembang Idlan dan mendampingi suami membesarkan usaha kami.

Menulis tetap saya jaga konsistensinya. Dengan mengikuti komunitas menulis dan banyak membaca. Ya, sekolah yang paling kece untuk seorang penulis adalah membaca. Harapannya dengan latihan menulis konsisten, belajar apapun dalam memahami hidup Saya, saya bisa membagikan kisah saya untuk orang yang membutuhkan sehingga menambah semangat orang-orang disekitar saya. Semoga Alloh Ridho.

b.  Nice Homework #2
Sebagai wanita, tentu saya tidak bisa menolak fitrah Saya untuk menjadi Ibu sepenuhnya untuk idlan (dan adik-adiknya kelak). Bukan berarti saya mengenyampingkan peran saya tersebut. Artinya saya sebagai Ibu tentu ingin sekali membersamai tumbuh kembang anak-anak dengan bahagia. Tidak hanya anak yang bahagia tapi sang Ibu pun tidak merasa terpaksa.

Untuk point ini saya masih fokus checklist di 100 days of new habit. Sadar akan kelemahan saya dalam membersamai putera kecil saya, Idlan, beberapa bulan ini.

*sumber: http://rumahinspirasi.com/

Sejujurnya fase ini sebelumnya sempat membuat Saya terasa jumpalitan, fase tidur idlan kecil yang sedang sering begadang dan rasanya membuat saya menjadi kekurangan energi untuk membersamainya, efek panjangnya jadi sering marah. Dan tidak menemukan solusi.

Tantangan 100hari untuk tidak marah, untuk tidak tidur setelah sholat subuh, untuk fokus bersenang-senang ketika membersamai idlan. ini tidak mudah, saya berusaha semampu yang saya bisa. Ada kalanya saya gagal, tapi saya fokus utamanya saya tidak boleh marah. Selanjutnya semua Insyaalloh Aman.

Perubahan juga sudah mulai kerasa. Idlan kecil sudah semakin bisa bernegosiasi dan terutama mulai tertib dengan jadwal tidur. Menemukan "keyword" untuk "mendampingi" idlan tanpa marah-marah. Alhamdulillah Idlan bisa sangat kooperatif dalam bernegosiasi. Alhamdulillah.

tentunya untuk checklist indikator tersebut akan di kaji ulang per 3 bulan, disesuai dengan target jangka pendek yang ingin dicapai. Karena saya agak kesulitan  kalau harus merencanakan dalam jangka yang panjang.

"Terus fokus pada solusi!"

c. Nice Homework #3
Pernah tercetus omongan dengan Akang, Satu Anak satu Usaha. Yes! Bukan tidak mungkin ya?

Dalam membersamai Idlan, saya menjalankan bisnis clothing line anak, Mansukids. Alhamdulillah, sampai sekarang pun bisnis ini masih berjalanan dan terus bertumbuh.

Mengingat kembali ketika sebelum dipertemukan jodoh, saya sempat bilang pada Ibunda Saya untuk bisa resign dan punya usaha sendiri. Ibunda mengaminkan, dengan catatan saya harus menikah dulu. Alhamdulillah Alloh kabulkan.

Saya bisa punya mentor bisnis langsung dari suami saya. Mendampingi beliau, melengkapi kekurangan beliau dalam mendokumentasikan perihal laporan keuangan dan bisnis kami.

*target jangka pendek keluarga kami

Misi Keluarga kami, menebar banyak manfaat buat orang banyak. Membuka pintu rezeki dari simpul perdagangan. Semoga kelak kami mampu berbagi dan menginspirasi orang-orang sekitar kami.
Misi saya mendampingi keluarga saya, membersamai anak-anak dan mengantar mereka pada kehidupan sukses mulia.

d. Ilmu-ilmu yang akan diperlukan
ilmu yang Akan saya pelajari:
1. Bunda sayang, bunda cekatan
2. komunikasi produktif dengan anak dan pasangan
3. Home education dan pendidikan berbasis fitrah.
4. Ilmu Bunda produktif: ilmu bisnis dan management perusahaan
5. Latihan menulis dengan konsisten untuk setiap pengalaman saya tersebut.

e. Tetapkan Milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan Misi Hidup
Kami memulai KM 0 di usia di usia saya 31 tahun.
KM 0- KM 0,5: fokus membenahi diri sebagai Individu, Istri dan Ibu
KM 0,5 - KM 1: membersamai tumbuh kembang, observasi minat bakat  Anak, mengumpukan informasi mengenai homeshcoling, dan mengupgrade kemampuan bisnis
KM 1- KM 2 (tahun 2): menguasai belajar mengenai management bisnis, fokus membesarkan Mansukids (bisnis yang saya mulai ketika Idlan berusia 3 bulan)
KM 2- KM 3 (tahun 3): membangun sistem bisnis
Setiap hari melatih kemampuan menulis


Kurikulum: 
untuk peran saya tersebut saya fokus di 100 days of new habit, Harapannya dengan Indikator hidup saya yang makin membaik, akan membawa dampak yang lebih baik untuk anak dan keluarga saya.
Rutin membaca buku dan menulis. membagikan apa saja informasi bermanfaat dari jurnal kehidupan saya.

Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan


"Karena perjalanan ribuan mil selalu dimulai oleh langkah pertama, segera tetapkan KM 0 anda"


:: 12 November 2016 ::

Mansu Kids

Tidak ada komentar:

Posting Komentar